Lompat ke isi utama

Berita

WEBINAR SERIES 14 : “PERAN KAUM MILENIAL PADA PEMILU TAHUN 2024”

Bawaslu Kota Bandar Lampung melaksanakan Webinar Series 14 dengan mengusung tema Peran Kaum Milenial Pada Pemilu Tahun 2024, Jum’at (18/11). Narasumber pada kegiatan yang dilaksanakan melalui zoom meeting ini adalah Akademisi dan Peneliti Hukum Pemilu Ahmad Syarifudin.

Yusni Ilham selaku Koordinator Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat, dan Hubungan Masyarakat Bawaslu Kota Bandar Lampung memberikan pemantik bahwa jumlah daripada Anggota Bawaslu itu sedikit untuk itu kita butuh sekali pengawasan yang dilakukan oleh masayrakat untuk membantu kita dalam mengawasi jalannya Pemilihan Umum.

Sebagaimana kita ketahui bahwa di Bandar Lampung pernah terjadi di Pemilu Tahun 2019 dimana terdapat anak muda milenial yang dimanfaatkan oleh peserta pemilu untuk melakukan suatu kegiatan untuk memberikan suara berkali-kali. Karena ketidaktahuan mengenai pemilihan yang menyebabkan hal-hal seperti itu, Harapannya dengan adanya diskusi ini dapat menambah pengetahuan agar kejadian tersebut tidak terulang kembali dan kaum milenial lainnya mengetahui seperti apa hal-hal yang dilarang dalam pemilihan umum. “Diskusi ini adalah sebagai salah satu acuan yang dipakai oleh kaum milenial untuk menambah informasi mengenai pemilihan umum agar mengetahui apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh kaum milenial” terang Yusni.

Ahmad Syarifudin selaku Narasumber pada Webinar kali ini memberikan pemaparan bahwa Milenial sebenarnya adalah kelompok demografi dan bukan satu-satunya kelompok muda yang akan memilih pada pemilu tahun 2024. Terdapat dua generasi yang bisa memilih yaitu  generasi milenial dan generasi Z yang akan memilih pada pemilu tahun 2024.

Dilevel siswa juga sama berarti adanya kesadaran mengenai pro-kontra dalam pemilu. Generasi muda itu sangat banyak dan partisipasi pemilihnya sangat banyak, partisipasi yang besar itu akan disurvey oleh lembaga bahwa respon yang menjadi pemilih pemuda. “Selain jumlah yang banyak partisipasi pemilih muda juga sangat tinggi, harus melihat dari sisi kualitasnya bahwa jumlah yang banyak juga tidak cukup namun juga perlu kualitas yang bagus” jelasnya

Arif melanjutkan, Para pemuda banyak yang mendatangi TPS karena motivasinya yang kuat. Generasi muda masih banyak yang beranggapan yang menjadi urgensi adalah uang, dan cenderung memilih uang yang akan dipilih.

Mereka yang saat ini menerima politik uang itu karena mereka tidak mempunyai pengetahun mengenai politik uang, Mereka mencoblos karena adanya dorongan uang dari peserta pemilihan umum kepada kaum milenial.

Salah satu yang menghambat demokrasi di Indonesia tentang kualitas yaitu Karena peserta partai politik keberatan untuk tidak menghadirkan peserta calon narapidana. Untuk itu kita harus Memilih yang baik dari yang terbaik.Ketika partisipasi pemilih itu tinggi dikaum pemuda bukan hanya mengukur kuantitas namun juga harus mengukur kualitas, besarnya partisipasi pemilih bukan mencerminkan bahwa demokrasi di Indonesia sudah baik.

Tag
BERITA